Manusia berbeda dalam
hasrat dan praktek
seksualnya. Dalam bagian berikut, kita akan melihat beberapa perilaku
seksual yang
menyimpang atau tidak lazim. Dalam
bagian pertama, pola seksualitas yang
tidak normal ini
dijelaskan yang dianggap abnormal hanya jika individu yang terlibat dalam
praktek-praktek seksual menganggap mereka tidak
normal untuk diri
mereka sendiri. Dalam
bagian berikut,
kita akan menguji pola seksualitas yang biasanya dianggap tidak normal (fetishism , sexual sadism, dan masochism) atau juga selalu dianggap tidak normal (voyeurism, exhibitionism dan forced sex).
Dua pola seksualitas yang lebih
unggul ini seringkali membingungkan karena mereka melibatkan berpakaian dengan
pakaian seks
lainnya. Tetapi mereka
memiliki sedikit kesamaan yanglain
bahwa ini tidak akan membahayakan
bagi siapapun. Transvestism
(banci) seringkali
mengacu padaberpakaiandengan pakaiandari jenis kelamin lain. Transvestismsering
menyatakan bahwa
mereka berganti pakaian karena secara seksual akan merangsang tetapi sebagian
diantara mereka menyatakan bahwa berganti pakaian membebaskan mereka dari
stereotipe seksual. Transvestismselalu merupakan laki-laki yang relatif mengalami penyesuaian dengan kehidupan
seksualnya.
Transeksualism
pada sisi lain
mengacu kepada kondisi dimana seseorang merasa terperangkap dalam tubuh seks
yang salah. Misalnya, seseorang yang secara anatomi laki-laki merasa bahwa dia sesungguhnya adalah
wanita yang telah diberi tubuh yang salah. Transeksual ini tentu
kadangkala atausecara permanen berpakaian dengan
pakaian jenis kelamin lainnya,tetapi
pakaian seperti ini tidak berkaitan dengan gairah seksual. Individual ini merasa bahwa mereka berpakaian dengan
pakaian jenis
kelamin yang sesuai atau sudah benar.Dalam beberapa keadan, individu ini akan
mengalami suntikan
hormon dan juga bedah plastik
untuk merubah organ seks mereka dengan seks yang diharapkan. Contoh dari dokter Richard Raskin yang tahun
1975 mengalami operasi
pertukaran seksual
karena dia merasa seperti seorang wanita yang
terjebak di
dalam tubuh seorang laki-laki. Setelah operasi, dia mengambil nama Renee Richards
dan menjadi
pemain tenis perempuan
profesional.
Perubahan jenis kelamin dari laki-laki ke perempuan dalam sebuah operasi adalah hal yang lebih umum
dibandingkan dengan yang sebaliknya, kemungkinan karena secara bedah penis yang
ada dapat dikurangi dari pada pembedahan vagina yang sudah terbentuk.
Klinik penggantian jenis kelamin
di Johns Hopkins Medical Center menghentikan operasi penggantian jenis kelamin selama 1970-an karena studi
lanjutan memperlihatkan bahwa pasien mereka tidak merasa bahagia dengan kehidupan mereka
setelah pembedahan dibandingkandengan sebelumnya. Penelitian lanjutandari pasien dari pusat lainnya
memperlihatkan bahwa pasien umumnya bahagia
dengan tubuh baru mereka bila dipilih dengan tepat untuk pembedahan dan
mengkonsultasikan apa yang diharapkan dari operasi itu.
Meskipun banyak
yang mengatakan bahwa tranvestism
dan transsexualism normal pada keadaan kebanyakan tetapi praktek ini dapat
dikatakan abnormal ketika prilaku ini sudah membahayakan baik untuk diri si
pelaku sendiri dan orang lain.
Fetishism
Fetishismmengacu padafakta
bahwabeberapa individuyangterutama terangsang olehbenda-benda fisiktertentu
atau jenisbahan(seperti kulit ataurenda). Pada
beberapa kasus, fetish hanya merupakan orang-orang yang memiliki ketertarikan
normal secara berlebihan terhadap bagian-bagian tubuh yang spesifik. Misalnya,
beberapa
orang yang hanya digairahkan oleh payudara, bokong, mata biru dsb. Tetapi istilah fetish umumnya untuk kasusyang melibatkan benda-benda
mati, seperti celana, sepatu atau stocking. Seorang fetish dikatakan abnormal
jika mengganggu penyesuaian seksual dari orang tersebut atau dari pasangannya.
Seringkali, fetihist
(umumnya laki-laki) digairahkan hanya oleh benda yang digunakan dan secara
seksual digairahkan oleh tindakan pencurian dari wanita yang tidak diketahui.Karena ini bisamenakutkan bagikorbandanberbahaya dan
ilegal,
fetihsism yang dianggap tidak normal ketika dipraktekkan dalam cara seperti
ini.
Sexual
Sadism dan Masochism
Sexual sadism adalah praktek menerima kenikmatan seksual dengan memberikan atau menimbulkan beban
rasa sakit pada orang lain.
Masochism adalah kondisi di mana penerimaan rasa sakit adalah sesuatu yang
menggairahkansecara seksual. Kadangkala pelecehan verbal adalah substitusi
untuk rasa sakit fisik. Hampir 5 – 10 persen dari laki-laki dan wanita
menemukan adanya pemberian atau menerima rasa sakit sebagai hal yang
menggairahkan secara
seksual tapi ini merupakan metode yang
disukai oleh sangat sedikit orang. Banyak individu yang mempraktekkan sadism dan masochism, atau S&M,
yang dilakukan dengan berbagai pasangan
yang
selalu menikmati praktek
dan mereka tidak mengabaikan rasa
sakit yang lebih parah, misalnya tamparan
ringan, mencubit dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, sexual sadism
dan masochism mungkin dianggap normal jika
perawatan
dilakukan untuk menghindari rasa sakit berlebihan karena kecelakaan dan partner
benar-benar bersedia dan mau untuk melakukan praktek tersebut. Praktek sadism
dam masochism dikatakan abnormal ketika melibatkan partner yang dipaksa dan
tidak menginginkan kegiatan tersebut dan menyebabkan rasa sakit yang intense.
Ada juga dalam kasus yang pernah terjadi namun jarang, dimana pelaku sadism
membunuh bahkan memutilasi korbannya untuk mendapat kesenangan.
Voyeurism
dan ekshibisionism
Voyeurism
adalah praktek mendapatkan kenikmatan
seksual
dengan melihat bagian-bagian
tubuh lawan jenisnya atau
terlibat dalam kegiatan seksual. Voyeur atau kelainan seksual ini biasanya mendapatkan gairahnya hanya ketika seseorang yang melihat mereka tidak
menyadari
keberadaan mereka dan ketika ada unsure
dari
bahaya yang akan dilibatkan. Mereka tidak
lebih terangsang daripada kebanyakan orang ketika berada di
sebuah perkemahan yang di mana semua anggota perkemahannya telanjang,
tetapi mereka menjadi sangat
bersemangat ketika mengintip ke
jendela (Tollison & Adams,1979). Karena
mereka sering menakut-nakuti
seseorang
yang mereka lihat,
dan karena aktivitas ini bersifat illegal, maka voyeurism ini dianggap sebagai sebuah
kelainan yang tidak normal. Voyeur
biasanya laki-laki heteroseksual yang mengalami gangguan dalam membangun hubungan seksual normal.Beberapa voyeurs melakukan
pemerkosaan dan yang lainnya melakukan kejahatan serius tetapi tidak mengalami
bahaya secara fisik.
Mereka yang mempraktekkan ekshibisionsim mendapatkan kenikmatan seksual dari memperlihatkan alat
kelaminnya kepada
orang lain. Semua yang mengalami kelainan ini adalah laki-laki heteroseksual
dan yang secara
khusus menikah tetapi yang merasa
malu dan mengalami hambatan
kehidupanseksual. Mereka umumnya ingin membuat korbannya shock tetapi jarang membahayakan
dengan cara lain. Karena perilaku ini illegal dan menakutkan, maka
ekshibisionsim dianggap tidak normal.
Forced
sex
Beberapa bentuk perilaku seksual
yang menyimpang dianggap tidak
normal karena mereka melibatkan ancaman atau mengandung
paksaan bagikorbannya.
Tindakan ini termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual anak, perbuatan
berzinah dan juga
kekerasan
seksual.
a. Pemerkosaan
Dalam pemerkosaan, kekuatan atau pemaksaan orang
lain untuk melakukan perbuatan seksual.
Pada sebagian besar kasus,
pemerkosa adalah laki-laki dan korbannya adalah
perempuan – wanita
diperkosa setiap 6 menit di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, 22 persen
wanita dewasa dan 2 persen laki-laki dewasa terlibat dalam pemaksaan seksual
setidaknya sejak usia 13 tahun. Persentase wanita yang diperkosa adalah sama pada setiap kelompok
umur berbeda, kelompok etnis, tempat tinggal (kota, pinggiran atau pedesaan),
tingkat pendidikan dan kelompok perkawinan.
Ketika wanita diperkosa,
selalu dilakukan oleh mereka yang telah dikenal (22 persen), seseorang yang
jatuh cinta (46 persen) atau suami lain (9 persen).
Akibat pemerkosaan itu adalah trauma. Korban pemerkosaan tidak
dapat secara variabel merasakan bahwa seluruh kehidupan mereka telah berubah
akibat penyerangan. Banyak korban pemerkosaan mengalami gangguan mental,seringkali merujuk padasindrome trauma pemerkosaan, ditandai oleh perasaan kegelisahandan depresi termasuk gangguan
tidur, hubungan dan fungsi sehari-hari.
Namun, sebagian mitos di dalam budaya Barat mengacu pada korban pemerkosaan. Mitos
ini cenderung menempatkan
tanggung jawab perkosaan pada korban sementara menyatakan pelanggarnya bertanggung
jawab secara pribadi pada pemerkosaan.
Tidak ada profil psikologi untuk
pelanggar seksual. Dalam hal ini, bila salah satu mencirikan pemerkosa adalah
mereka bersifat heterogen dan tidak dapat ditandai oleh generalitas. Teori
pemerkosaan juga telah menekankan bahwa mereka yang memperkosa didorong oleh
hasrat agresif
dan kebutuhan untuk berbagai dominasi oleh keinginan seksual. Beberapa pemerkosa akan
memperkosa sejumlah wanita
sebelum mereka ditahan.
Korbannya seringkali ragu-ragu melaporkan pemerkosaan karena
proses kesaksian terhadap pemerkosa seringkali tidak menyenangkan oleh pejabat
yang meneliti dan para pembela atau kuasa hukum korban. Untuk alasan itu, banyak masyarakat yang membentuk crisis center pemerkosaan yang memberikan
bantuan dan dukungan
kepada korban melalui pelaporan, penelitian dan proses penuntutan. Crisis
center pemerkosaan ini memberikan bimbingan kepada korban pemerkosaan untuk membantu mereka
menyesuaikan diri setelah menjadi korban.
Tabel
11.4. Mitos pemerkosaan
dan
fakta pemeriksaan
Ø
Mitos
o Wanita yang pergi ke rumah
seorang laki-laki pada hari pertama menyatakan bahwa dia ingin berhubungan
seksual
o Salah satu alasan wanita tidak
melaporkan pemerkosaan adalah bahwa mereka membutuhkan perhatian bagi diri mereka
sendiri
o Beberapa wanita sehat dapat
menahan pemerkosa bila dia ingin melanjutkannya
o Wanita yang pergi tanpa bra atau memakai pakaian pendek berarti mengundang hal-hal yang tidak
diinginkan
Ø
Fakta
o Seseorang yang pergi ke mana saja tidak menyatakan bahwa dia ingin melakukan sesuatu. Pemerkosa mendistorsi
persepsi mereka untuk menyesuaikan dengan
keyakinan mereka.
o Sangat jarang bagi wanita yang
melaporkan pemerkosaan. Melaporkan pemerkosaanya berarti pengalaman traumatik
o Pemerkosaan adalah tindakan pelanggaran
dan brutal yang memburuk dengan
perlawanan
o Tidak ada korban yang diminta
diperkosa. Pemerkosa bertangung jawab atas tindakannya
b. Pelecehan Seksual Anak
Beberapa anak dieksploitasi secara seksual. Di dalam sebuah survey, 27 persen wanita
dan 16 persen laki-laki melaporkan mengalami pelanggaran seksual selama
kanak-kanak. Sebagian statistik
menyatakan bahwa
sebanyak 40 juta orang di Amerika Serikat menjadi korban seksual pada masa
anak-anak. Ada berbagai tipe pelecehan seksual
anak. Ketika kontak seksual
dilakukan oleh anggota keluarga,
pelecehan seksual itu disebut incset. Ketika ada paksaan atau ancaman
paksaan,
maka perlakuan seksual
itu disebut pemerkosan anak. Ketika tidak ada ancaman paksaan yang jelas, pelecehanseksual anak
disebut molestasi anak. Bahkan
molestasi anak itu dianggap sebagai bentuk perilaku seksual yang dipaksakan
karena anak tidak memberi
izindalam cara berperilaku seksual.
Anak yang mengalami pelanggaran
seksual
memperlihatkan berbagai rentang emosional dan reaksi perilaku. Bila kontak
seksual tidak mengancam kepada
anak, seperti dalam eksplorasi seksual oleh anak yang lebih
dewasa, maka akan jarang ada pengaruh psikologi
untuk anak bila orang tuanya tenang menghadapi kejadian itu dengan kasih sayang
dan pemahaman. Ketika pelecehan seksual
itu mengganggu si anak, seperti adanya
variasi dalam
beberapa kasus ketika pelakunya adalah orang dewasa atau ketika ada ancaman
pemaksaan, maka efek psikologi terhadap korban akan lebih serius.
Beberapa efek dari pelecehan
seksual anak diyakini memiliki jangka panjang. Dalam hal ini, setelah
pelecehanseksual anak maka ada kesamaandalam kondisi seksual dalam anak yang
cenderung mengalami trauma dan reaksi trauma tersendiri. Anak juga akan bertindaksecara seksual untuk
merespon korban, pengalaman dari gangguan personal olehseseorang yang
melangar mereka dan merasakan
ada sesuatu yang tidakberdaya
dan kekurangan kontrol.
Orang dewasa juga terlibat dalam pedofilia, mengalami kenikmatan seksual melalui kontak seksual
dengananak. Mereka umumnya mendapatkan kepercayaan dan menerima korbannya sebelum
melibatkan diri dalam perilaku seksual. Itu berarti molester
anak dan pemerkosa biasanya diketahui
dan diarahkan pada korban anak. Dalam
hal ni, pemerkosa adalah tetangga
dan anggota keluarga
yang mengetahui anak itu sebelum kejadian adalah tetangganya, anggota keluarga atau orang yang mengenal anak
sebelum kejadian sampai 90 persen dari kasus. Molester anak adalah heteroseksual laki-laki dan korban yang biasanya merupakan gadis
muda. Dalam beberapa kasus, molester adalah homoseksual laki-laki atau wantia
heteroseksual dan korbannya adalah anak laki-laki muda. Secara trais, banyak
molester
anak yang melanggar ratusan anak sebelum mereka ditangkap. Seperti orang yang
memperkosa orang dewasa, laki-laki yang memperkosa atau molest anak cenderung
bersifat heterogen dalam
kondisi psikologinya.
Sexual Harassment
Sexual harrasement adalah
bentuk godaan atau pelecehan seksual. Termasuk di dalamnya permintaan untuk
melayani seks,menyentuh bagian yang tidak diinginkan dari kaki,
payudara, atau bokong; komentar berbau seksual, dan bentuk lain
dari perilaku pemaksaan seksual oleh orang lain. Bentuk-bentuk
seperti tatapan yang mengerling atau kedipan dan ucapan tidak senonohyang
sering diselipkan oleh laki-laki pada saat menyapa perempuan di jalan yang
membuat perempuan merasa tidak nyaman juga merupakan pelecehan seksual. Namun,
meskipun kurang umum, laki-laki juga menjadi
korban pelecehan seksual di perguruan tinggi dan di tempat
kerja.
Salah
satu komponen kunci dari pelecehan seksual adalah bahwa hal
itu terjadi antara orang dengan perbedaan tingkat
kekuasaan, biasanya di sekolah atau tempat kerja.Ada hukum-hukum,
peraturan dan kebijakan yang menjamin hak setiap
orang untuk bersekolah dan bekerja di lingkungan yang tidak
mengancam. Namun hal ini tidak sepenuhnya menjamin. Karena masih adanya
ketidakseimbangan dalam kekuasaan (contoh : seorang pegawai perempuan
yang digangu oleh atasannya) yang melekat dalam pelecehan seksual, tidak
diragukan lagi bahwa sebagian
besar kasus pelecehan seksual tidak dilaporkan kepada pihak berwenang. Setiap korban pelecehan
seksual menderita dalam arti menjadi kurang nyaman di
sekolah atau bekerja. Dalam beberapa kasus, pelecehan
seksual dapat memicu tingkat serius
dari kecemasan dan depresi.